Ketika sang Guru Jatuh Cinta


Posted on 29 November 2018 by mediappti


Ketika sang Guru Jatuh Cinta

"Suatu ketika, saya melihat dari jauh Kamil sedang duduk bersila di hadapan seorang guru. Tapi entah mengapa, sang guru dengan gerakan tangannya menyuruh Kamil agak menjauh dari hadapannya. Kamil pun menjauh, namun tetap saja sang guru masih menyuruh Kamil agak mundur dari hadapannya, kali ini tak hanya tangannya membuat isyarat mundur, namun tangannya juga menutup hidungnya. Dan kali kedua Kamil menjauh, sang guru masih tetap saja meminta Kamil mundur. 

Sayapun yang melihat dari kejauhan merasa iba pada Kamil kecil, ketika kelas usai, saya mendekati sang guru dan bertanya "kenapa ustadz dengan Kamil?"

"Mulutnya bau!!!", kata sang Ustadz
"Apa tidak bisa ustadz dinasehati biasa, atau disuruh sikat gigi?", ujar saya
"Sampai bosan saya menyuruhnya sikat gigi Pak!"
"Ustadz, bolehkah Kamil saya bawa saja? biar sama saya"

Akhirnya Kamil saya bawa. Benar memang mulutnya kurang sedap baunya. Ketika saya lihat mulutnya, giginya tampak kotor banyak berlobang. Maka sayapun mengambil sikat gigi, dan saya sikat gigi Kamil. Bukan hanya giginya, lidahnyapun saya sikat. Lalu saya bawa ke dokter gigi untuk mencabut dan menambal yg berlobang  Tak hanya mulut dan lidahnya, kaki Kamil yang ada korengan dan sedikit bernanah pun saya rawat. Tiap hari saya ajari dan temani Kamil merawat dirinya. Dan bersama saya ia menghafal Quran.

Tahukah anda siapa kamil?
Kamil berusia 10 tahun, ia seorang anak yatim asal Magelang. Memukau dan seperti menyihir dunia karena kemampuannya menghafal nomor ayat, nomor halaman dari Alquran yang ia hafal selama 6.5 bulan.

Kamil, pernah jadi pengemis, anak yang mulutnya bau itu rupanya Allah pilih untuk mengharumkan nama bangsa.

Dan tahukah anda siapa sosok yang mengasuh Kamil? menyikat giginya, lidahnya, dan merawat luka di kaki Kamil dengan penuh kasih sayang?

Itulah Ustadz Ike Muttaqin, sang guru, sekaligus ayah asuh, sekaligus pembina pesantren tempat Kamil, Ahmad dan 18 anak yatim lainnya menghafal Alquran.

Tanggal 23 November 2018, saya berkesempatan mengunjungi Ustadz Ike, Ahmad dan Kamil di pesantrennya. Dan mengalirlah kisah indah ini.

Bahwa, kasih sayang seorang gurulah yang atas izin Allah bisa mengantarkan Kamil menjadi sekarang.

Seorang guru bukan hanya pengajar, tapi ia datang dengan segenap ruhnya untuk mendampingi dan menumbuhkan bibit yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang.

......

"Umar, kemana si Umar? sudah makan belum?"
Ustadz Ike mencari si Umar, santri yatim berusia 5 tahun yang tak ia temukan bersama rombongan Ahmad dan Kamil di ruang makan.

Tiba-tiba ada suara dari dapur "ini buya, Umar ada di dapur lagi makan". Buya adalah panggilan untuk Ustadz Ike. 

Lalu dari arah dapur, terlihat seorang anak kecil lucu sekali, dengan mulut menggembung penuh makanan, mendekati Ustadz Ike. Ustadz Ike langsung merendahkan badannya dan merengkuh si Umar, membawanya dalam pelukannya dan mencium dahi, mata, serta pipi kanan kiri Umar. 

"Sudah berapa sendok madunya, sudah berapa butir telur sarapannya?", ujarnya sambil menatap Umar. Dari matanya saya tau itu tatapan teduh seorang ayah. Bukan saja sebagai seorang guru.

Saya berkaca-kaca melihatnya. Ini dia rahasia seorang guru, sekaligus seorang ayah, dan seorang pendidik. Ia datang dengan cinta. 

Selamat hari guru. Untuk para guru lainnya, yang telah menorehkan tinta kecintaan di hati murid-muridnya, sebagaimana sosok sang Maha Guru Muhammad Rosululloh tertancap kuat di hati para sahabat bahkan mereka yang tak pernah berkesempatan bertemu dengannya ... semoga Allah memberkahi ilmu dan umur kalian, dan menjadikan kalam kalam cahaya yang keluar dari hati dan lisan kalian sebagai amal jariyah dihadapan Allah.

Aamiin,aamiin, aamiin

Yang dari hati akan sampai ke hati. 
From The Desk Of Hilal
Untuk kalangan sendiri


Tinggalkan Komentar: